Es pisang ijo saat ini sudah menjadi makanan populer bagi masyarakat Indonesia. Saking populernya, makanan khas Makassar ini banyak dikemas dengan berbagai merek dan kerjasama bisnis atau business opportunity (BO) seperti Pisang Ijo Jusmine, Aladin dan lain-lain.
Nah, es pisang ijo yang ini agak unik karena dimiliki oleh orang Jerman yang bekerjasama dengan pengusaha kecil lokal. Adalah Jan P. Jacobsen, pria 24 tahun asal Jerman yang sejak awal tahun ini menggeluti koperasi atau kemitraan Es Pisang Ijo Hidayah
Cerita Jocobsen berbisnis pisang ijo hidayah cukup panjang, setidaknya dimulai 2,5 tahun lalu ketika ia memutuskan untuk memeluk Islam. Semenjak itu, namanya berganti menjadi Muhammad Saad. Hal ini juga yang menginspirasinya untuk memberi nama Es Pisang Ijo-nya dengan nama Hidayah.
Pria kelahiran 14 Agustus 1987 ini mengenyam pendidikan di Berlin School of Economics and Law dan di Nanyang Business School.
Singkat cerita, ia ke Indonesia kemudian bergabung dalam koperasi pondok pesantren muallaf Indonesia, Bintaro. Disinilah, Saad menemukan visinya yaitu ingin berbagi pengetahuan soal bisnis dan mengembangkan koperasi termasuk dalam bisnis pisang ijo agar terciptanya peluang dan kesempatan kerja.
Di pesantren muallaf, Saad mulai bergabung pada Februari 2011. Di sini ia diberikan kebebasan untuk menciptakan kreasinya dalam mengembangkan bisnis.
Bisnis pisang ijo itu sendiri tercetus ketika ia sedang berjalan-jalan jajan kuliner di kawasan Ciputat Tangerang. Ia bertemu dengan Ayun, yang merupakan penjual pisang ijo dan nasi.
Ayun merupakan salah satu korban kerusuhan Ambon belasan tahun lalu. Rupanya Saad tergerak untuk mengembangkan bisnis pisang ijo Ayun yang selama ini masih dikelola secara konvesional.
Mulai Maret 2011, Saad dan Ayun bekerjasama mengembangkan bisnis pisang ijo. Melalui bendera Pisang Ijo Hidayah, Ayun berperan sebagai mitra penyuplai pisang ijo sementara Saad dengan bekal ilmu bisnisnya, ia menjadi pemilik sekaligus pelaksana dari bisnis ini.
Walhasil, dalam hitungan bulan, ia berhasil membuka belasan gerai melalui mitra-mitranya antaralain di Pondok Indah dan lokasi lainnya. Es pisang ijo hidayah berkembang karena kerja kerasnya.
Namun ia tak mau berpuas diri, sejak diluncurkan Maret lalu ia gencar menawarkan konsep bisnisnya ke masyarakat. Menurutnya saat ini bisnis Es Pisang Ijo Hidayat bisa dimiliki oleh siapa saja sebagai investor.
"Dengan Rp 6,5 juta, sudah bisa bergabung dengan bisnis Es Pisang Ijo Hidayah. Ini investasi yang kecil namun dengan hasil yang maksimal," jelas Saad, Selasa (6/12/2011)
Ia mengatakan es pisang ijo sangat mudah diterima pasar sebagai makanan tradisional, apalagi rasanya begitu khas. Dengan percaya diri, Saad menuturkan berdasarkan pengalaman rekan mitranya setidaknya balik modal sudah tercapai dalam tiga bulan.
Para investor bisa mendapat keuntungan yang menjanjikan dan tak perlu pusing-pusing dikenakan biaya kemitraan atau semacam franchise atau royalty fee. Semua keuntungan akan bersih diterima oleh investor.
Ia menjelaskan paket investasi Rp 6,5juta, investor akan mendapatkan 1 unit booth, Paket perlengkapan booth lengkap, siap jualan, Baju Seragam karyawan, Paket promosi (sticker, flyer, banner)
Saad mengatakan kerjasama produk es pisang ijo hidayah menawarkan konsep yang berbeda misalnya soal karyawan atau tenaga penjual, ia bisa menyediakannya. Sehingga para investor tak perlu repot-repot mencari karyawan.
"Kita juga akan training karyawan," katanya.
Bisnis pisang ijo hidayah seperti kebanyakan business opportunity lainnya juga berkomitmen menyediakan stok bahan baku utama. Juga melakukan survey dan fasilitas yang dibutuhkan untuk lokasi strategis seperti kampus, perumahan, pusat perbelanjaan).
Sebagai ilustrasi, Saad menuturkan dengan modal Rp 6,5 juta, untuk bisa mencapai balik modal dalam waktu 3 bulan maka omzet harian harus tercapai Rp 500.000 atau omzet bulanan Rp 15 juta. Harga pisang ijo yang dijual ke konsumen Rp 10.000 dengan modal Rp 8000 per porsi, maka margin bersih yang bisa diraup sekitar 15% setelah dipotong modal bahan baku, sewa tempat, karyawan dan overhead.
Jika dalam sebulan omset bulanan tercapai Rp 15 juta maka dengan asumsi margin 15% atau setara Rp 2,250 juta per bulan. Dipastikan modal Rp 6,5 juta bisa balik dalam waktu 3 bulan.
Bagaimana tertarik?
Hubungi Saad via:
Email: janphilipp.jacobsen@googlemail.com
Email: espisangijohidayah@gmail.com.
Nah, es pisang ijo yang ini agak unik karena dimiliki oleh orang Jerman yang bekerjasama dengan pengusaha kecil lokal. Adalah Jan P. Jacobsen, pria 24 tahun asal Jerman yang sejak awal tahun ini menggeluti koperasi atau kemitraan Es Pisang Ijo Hidayah
Cerita Jocobsen berbisnis pisang ijo hidayah cukup panjang, setidaknya dimulai 2,5 tahun lalu ketika ia memutuskan untuk memeluk Islam. Semenjak itu, namanya berganti menjadi Muhammad Saad. Hal ini juga yang menginspirasinya untuk memberi nama Es Pisang Ijo-nya dengan nama Hidayah.
Pria kelahiran 14 Agustus 1987 ini mengenyam pendidikan di Berlin School of Economics and Law dan di Nanyang Business School.
Singkat cerita, ia ke Indonesia kemudian bergabung dalam koperasi pondok pesantren muallaf Indonesia, Bintaro. Disinilah, Saad menemukan visinya yaitu ingin berbagi pengetahuan soal bisnis dan mengembangkan koperasi termasuk dalam bisnis pisang ijo agar terciptanya peluang dan kesempatan kerja.
Di pesantren muallaf, Saad mulai bergabung pada Februari 2011. Di sini ia diberikan kebebasan untuk menciptakan kreasinya dalam mengembangkan bisnis.
Bisnis pisang ijo itu sendiri tercetus ketika ia sedang berjalan-jalan jajan kuliner di kawasan Ciputat Tangerang. Ia bertemu dengan Ayun, yang merupakan penjual pisang ijo dan nasi.
Ayun merupakan salah satu korban kerusuhan Ambon belasan tahun lalu. Rupanya Saad tergerak untuk mengembangkan bisnis pisang ijo Ayun yang selama ini masih dikelola secara konvesional.
Mulai Maret 2011, Saad dan Ayun bekerjasama mengembangkan bisnis pisang ijo. Melalui bendera Pisang Ijo Hidayah, Ayun berperan sebagai mitra penyuplai pisang ijo sementara Saad dengan bekal ilmu bisnisnya, ia menjadi pemilik sekaligus pelaksana dari bisnis ini.
Walhasil, dalam hitungan bulan, ia berhasil membuka belasan gerai melalui mitra-mitranya antaralain di Pondok Indah dan lokasi lainnya. Es pisang ijo hidayah berkembang karena kerja kerasnya.
Namun ia tak mau berpuas diri, sejak diluncurkan Maret lalu ia gencar menawarkan konsep bisnisnya ke masyarakat. Menurutnya saat ini bisnis Es Pisang Ijo Hidayat bisa dimiliki oleh siapa saja sebagai investor.
"Dengan Rp 6,5 juta, sudah bisa bergabung dengan bisnis Es Pisang Ijo Hidayah. Ini investasi yang kecil namun dengan hasil yang maksimal," jelas Saad, Selasa (6/12/2011)
Ia mengatakan es pisang ijo sangat mudah diterima pasar sebagai makanan tradisional, apalagi rasanya begitu khas. Dengan percaya diri, Saad menuturkan berdasarkan pengalaman rekan mitranya setidaknya balik modal sudah tercapai dalam tiga bulan.
Para investor bisa mendapat keuntungan yang menjanjikan dan tak perlu pusing-pusing dikenakan biaya kemitraan atau semacam franchise atau royalty fee. Semua keuntungan akan bersih diterima oleh investor.
Ia menjelaskan paket investasi Rp 6,5juta, investor akan mendapatkan 1 unit booth, Paket perlengkapan booth lengkap, siap jualan, Baju Seragam karyawan, Paket promosi (sticker, flyer, banner)
Saad mengatakan kerjasama produk es pisang ijo hidayah menawarkan konsep yang berbeda misalnya soal karyawan atau tenaga penjual, ia bisa menyediakannya. Sehingga para investor tak perlu repot-repot mencari karyawan.
"Kita juga akan training karyawan," katanya.
Bisnis pisang ijo hidayah seperti kebanyakan business opportunity lainnya juga berkomitmen menyediakan stok bahan baku utama. Juga melakukan survey dan fasilitas yang dibutuhkan untuk lokasi strategis seperti kampus, perumahan, pusat perbelanjaan).
Sebagai ilustrasi, Saad menuturkan dengan modal Rp 6,5 juta, untuk bisa mencapai balik modal dalam waktu 3 bulan maka omzet harian harus tercapai Rp 500.000 atau omzet bulanan Rp 15 juta. Harga pisang ijo yang dijual ke konsumen Rp 10.000 dengan modal Rp 8000 per porsi, maka margin bersih yang bisa diraup sekitar 15% setelah dipotong modal bahan baku, sewa tempat, karyawan dan overhead.
Jika dalam sebulan omset bulanan tercapai Rp 15 juta maka dengan asumsi margin 15% atau setara Rp 2,250 juta per bulan. Dipastikan modal Rp 6,5 juta bisa balik dalam waktu 3 bulan.
Bagaimana tertarik?
Hubungi Saad via:
Email: janphilipp.jacobsen@googlemail.com
Email: espisangijohidayah@gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar